28/09/19

Berislam Itu Kepenak dan Mengepenakkan Orang

Santai, membaca buku:
"Tuhan Itu 'Maha Santai', Maka Selowlah...
Judul Buku: Tuhan Itu ‘Maha Santai’, Maka Selowlah…
Penulis: Edi AH Iyubenu
Penerbit: DIVA Press
Cetakan: Pertama, September 2019
Tebal: 180 hlm.

Dalam memasuki agama ini, Allah Swt. berfirman, “Laa ikraaha fiddiin… tidak ada paksaan dalam (memasuki) agama (Islam).” Maka, Nabi Muhammad Saw. mendakwahkan agama ini dengan akhlak yang mulia. Sebuah akhlak yang membuat para pengikutnya senang bertemu Nabi, berdekat-dekat, bahkan sekadar memandang wajah Nabi. Sedangkan orang yang menolak ajaran Nabi pun bukan karena sikap Nabi, pribadi Nabi, tapi lebih karena egonya yang tidak mau menerima ajaran Nabi.

Berdasarkan surat al-Baqarah ayat 256 tersebut, betapa Allah Swt. Yang Maha Kuasa, Sang Pemilik agama ini saja tidak memaksa seseorang mau beriman atau tidak, maka bila ada seseorang yang bersikap keras terhadap orang lain dalam hal agama, bahkan memvonis sesat, dosanya tidak diampuni, kafir, kita menjadi bertanya, "Itu manusia kok lebih Tuhan daripada Tuhan ya?"

Sadar posisi. Ya, ini di antara hal penting yang saya dapatkan ketika membaca buku karya terbaru Pak Edi ini. Sadar bahwa kita ini adalah hamba Allah Swt. Di hadapan Allah, kita bersama orang lain, ibarat anak sekolah yang sedang sama-sama mengerjakan soal-soal ujian. Sesama peserta ujian, dilarang saling menilai. Demikian pula di hadapan Allah, biar Allah saja, yang sedang memberikan ujian hidup di dunia, yang memberikan penilaian, apakah seseorang nilainya bagus sehingga nanti masuk surga, atau Allah memasukkan ke neraka terlebih dahulu. Sekali lagi, ini urusan Allah, bukan urusan kita. Urusan kita hanya berusaha jadi orang baik, mengajak orang lain berbuat baik, dengan cara yang baik pula.

Suatu ketika sekelompok Bani Najran yang beragama Nasrani mendatangi Nabi Saw. Kedatangannya untuk mendebat soal kebenaran Islam. Mereka ditemui Nabi di masjid. Ketika sore menjelang, mereka mengatakan akan sembahyang. Lalu, Nabi menyilakan mereka sembahyang di masjid Nabi. Tidak hanya menyilakan beribadah, Nabi juga menjamin keamamanan mereka. Dari kisah ini, betapa indah akhlak Nabi. Betapa selow hati Nabi Saw. (Hlm.76). Sebuah hati yang benar-benar lapang; hatinya orang yang benar-benar beriman kepada Allah Swt.

Dengan demikian, berislam itu kepenak. Membuat hidup kita enak. Juga mengepenakkan orang. Di hadapan orang lain, seorang muslim tentu akhlaknya menyenangkan. Dengan cara inilah, betapa Nabi Saw. sangat berhasil dalam melaksanakan misi dakwahnya. Inilah di antara mutiara yang saya dapatkan dari buku—yang sesungguhnya menurut saya ini buku serius, tapi—ditulis dengan bahasa yang ringan dan santai ini.

Ada banyak hal yang dikupas oleh Pak Edi. Soal mengapa kita kerap bersitegang; akibat bila semua orang ikut-ikutan berdakwah; pentingnya berguru kepada ahlinya; hakikat syariat; bahkan soal menikah pun juga dibeber dengan apik. Sebuah buku yang penting untuk dibaca, di tengah hiruk pikuk siapa saja bisa berpendapat dan derasnya informasi melalui media sosial sekarang ini.

Demikian. Semoga bermanfaat.

Salam dari Jogja,
Akhmad Muhaimin Azzet

16 komentar:

  1. Bukunya enak dibaca ya
    Biasanya orang-orang yang suka marah-marah itu kan ilmunya kurang tapi emosinya gede.

    BalasHapus
  2. makasih pa ustad sharenya.. saya share ulang ke temen2 yaaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama, Mbak Vika Hamidah, monggo...

      Hapus
  3. Aaaak jd pengen baca bukunya. Menyejukkan

    BalasHapus
  4. nice share pak.. semoga kita bisa menjadi muslim yang sesungguhnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih banyak ya, Mas Amar Ma'ruf. Aamiin...

      Hapus
  5. Benar banget ya pak, masha Allah, Islam itu indah, bukan kiasan.
    Hanya saja sebagian orang terlalu dibuat rumit.

    Buku yang bagus banget pak, jadi pengen baca, hal-hal yang baik paling baik dibaca emak-emak kayak saya hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali, Islam indah yang sesungguhnya. Monggo, Mbak...

      Hapus
  6. Wah bukunya pak Edi.. Jadi penasaran juga ustadz pengen baca isinya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak Muyassaroh, bukunya Pak Edi, monggo lho....

      Hapus
  7. buku ni tampak menarik👍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali, Mbak Anies, buku ini menarik sekali.

      Hapus