05/04/20

Puasa Ramadhan, Ibadah Menjadi Mulia

Marhaban ya Ramadhan; pemandangan dipotret dari
lantai dua Masjid Al-Muhtadin, Purwomartani. 
Sebentar lagi Ramadhan tiba. Hati orang beriman akan merasakan kangen dan segera ingin berjumpa dengan Ramadhan.

Inilah puasa yang tidak hanya menahan diri dari makan/minum dan beberapa hal lainnya yang membatalkan puasa saja. Puasa ini menjadikan seseorang menjadi mulai.

Berkaitan dengan hal ini, marilah kita perhatikan sebuah hadits, yakni dari Abu Hurairah r.a., ia berkata bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:

Barangsiapa tidak meninggalkan perbuatan bohong dan perbuatan curang, maka Allah sama sekali tidak memerlukan perbuatannya meninggalkan makan dan minum (puasa).” (HR. Bukhari).

Betapa banyak orang yang berpuasa, tapi mereka tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya itu kecuali lapar dan dahaga.” (HR. Ahmad).

Agar puasa kita diterima di sisi Allah Swt. Yang Mahaagung, berdasarkan hadits Nabi Saw. tersebut, kita harus meninggalkan perbuatan bohong dan curang. Di sinilah sesungguhnya keindahan bagi orang-orang yang mengerjakan puasa, selain tidak makan/minum juga menjaga akhlaknya agar tidak melakukan perbuatan tercela. Alangkah ruginya apabila berpuasa dalam bulan Ramadhan hanya mendapatkan lapar dan dahaga.


Jangga Mudah Terprovokasi

Menjaga diri dari perbuatan yang tidak baik ini penting sekali. Bahkan, ketika ada orang lain berbuat tidak baik kepada kita, hal ini jangan sampai membuat kita terpengaruh untuk meladeni atau membalas perbuatan tidak baiknya. Pada saat yang seperti ini, junjungan kita Nabi Muhammad Saw. mengajarkan kepada kita untuk berkata, “Aku sedang berpuasa.”

Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:

Tidaklah dikatakan berpuasa karena tidak makan dan tidak minum. Akan tetapi, yang dinamakan berpuasa adalah karena meninggalkan ucapan sia-sia dan perbuatan tidak senonoh. Karena itu, jika ada orang yang memakimu atau berlaku jahil kepadamu, katakanlah (kepadanya), ‘Aku sedang berpuasa. Aku sedang berpuasa.” (HR. Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan Hakim).

Semakin jelas bagi kita bahwa berpuasa sesungguhnya tidak sekadar meninggalkan makan/minum dan beberapa hal lain yang membatalkan puasa saja. Berkaitan dengan hal ini, Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumiddin membagi puasa ke dalam tiga tingkatan, yakni puasa umum (awam), puasa khusus (khawas), dan puasa lebih khusus lagi (khawas al-khawas).

Puasa umum (awam) adalah puasa yang hanya menahan diri dari makan, minum, dan syahwat saja. Puasa ini adalah puasanya anak-anak atau orang pada umumnya. Tingkatan kedua adalah puasa khusus (khawas), di samping menahan diri dari makan, minum, dan bersetubuh, juga memelihara seluruh anggota tubuh dari perbuatan maksiat. Puasa ini adalah puasanya orang-orang yang saleh.

Sedangkan tingkatan ketiga adalah puasa lebih khusus lagi (khawas al-khawas), selain menahan dari makan, minum, bersetubuh, dan seluruh anggota tubuh dari maksiat, juga menahan hati dari segala kehendak hina dan segala pikiran duniawi serta mencegahnya dari apa-apa yang selain Allah Swt. Puasa ini adalah puasanya para nabi, orang-orang yang teguh dalam kebenaran, dan sangat dekat hubungannya dengan Allah Swt.

Semoga kita dapat berpuasa dengan baik di bulan Ramadhan tahun ini. []

12 komentar:

  1. Meninggalkan ucapan yang sia-sia ini kok berat ya
    Apalagi jika saat bermedia sosial, godaannya berat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali, Bang Djangkaru Bumi, apalagi di era medsos seperti sekarang ini. Kuncinya adalah berkata yang baik, atau diam.

      Hapus
  2. skg provokasi ada dimana2.. harus pintar memilah2 berita ya kang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dengan demikian, tidak semua berita mesti kita komentari ya, Mbak Vika Hamidah.

      Hapus
  3. Mudah terprovokasi itu sebenarnya mencerminkan kualitas diri seseorang itu bagaimana.

    Alangkah baiknya kita semua terus belajar bijak dalam pikiran dan perbuatan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah, saya setuju, Bang Himawan Sant. Makasih banyak atas kunjungannya ya.

      Hapus
  4. sebentar lagi ya ramadhan.. semoga ibadah puasa ku bisa lancar dan wabah corona bisa segera berakhir, supaya kita bisa menikmati indahnya solat tarawih berjamaah di masjid..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Doa yang sangat penting ini, Mbak Thya. Aamiin ya Allaah...

      Hapus
  5. Kunci medsos memang banyakin pantengin, lalu tahan jari, lama-lama kebal hahaha.
    Saya gitu sih, sekarang saya santai aja liat yang berseliweran di timeline, toh juga mereka menulis di timeline milik sendiri, saya bisa unfol, hide, snooze.

    Semoga dengan datangnya Ramadan, kita jadi lebih bijak, setidaknya terhadap orang lain :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kendali ada pada diri sendiri ya, Mbak Rey. Makasih banyak ya. Aamiin ya Alaah...

      Hapus
  6. Hal paling sulit memang menahan diri untuk tidak mudah terprovokasi. Apalagi di zaman secanggih sekarang. Tapi, semua kembali pada pribadi masing-masing, ya, Ustadz. Kalau sy cenderung takut menghabiskan waktu untuk hal semacam itu, selain sia-sia juga capek sekali hati.

    Semoga puasa tahun ini bisa memetik hikmah lebih banyak sebab adanya pandemik yang belum juga usai.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali, Mbak Muyassaroh, menahan diri itu penting sekali. Dan, ini pula hakikat puasa Ramadhan, menahan diri. Semoga segala doa terkabul ya, Mbak. Aamiin...

      Hapus