24/06/24

Fadhilah Memohon Ampunan dan Bertaubat

Penulis, Akhmad Muhaimin Azzet,
saat mengisi kajian di Masjid AL-Mujahidin.

Rasulullah Saw. bersabda, “Barang siapa memperbanyak mohon ampunan (beristighfar) maka Allah akan membebaskannya dari kedukaan, memberinya jalan keluar bagi kesempitannya, dan memberinya rezeki dari arah yang tidak diduga-duganya.” (HR. Abu Dawud).

Memohon ampunan kepada Allah Swt. hendaknya menjadi amalan rutin bagi seorang Muslim yang ingin bersih jiwanya dari dosa. Hal ini penting karena kita sangat menyadari bahwa betapa diri ini tidak pernah bisa terlepas dari dosa. Di samping itu, memohon ampunan ternyata menjadi solusi bagi hati yang berduka, masalah yang membelit, juga bertambahnya rezeki.

Demikian pula dengan bertaubat.

Selama ini, kebanyakan orang sering memahami bahwa bertaubat hanya dilakukan oleh seseorang yang telah berbuat dosa besar. Maka, bagi mereka yang “merasa” bukan pelaku dosa besar, tidak mempunyai kebutuhan untuk bertaubat. Benarkah demikian?

Menurut Syekh Abu Ishak Ibrahim al-Mabtuli dalam kitabnya, al-Minahu as-Saniyyah, menyebutkan bahwa taubat itu ada awal dan ada puncaknya. Setidaknya ada sembilan tingkatan taubat menurut beliau. Yakni, (1) permulaan dari taubat adalah bertaubat dari dosa-dosa besar; (2) lalu bertaubat dari dosa-dosa kecil; (3) bertaubat dari perkara yang dibenci atau makruh; (4) bertaubat dari perkara yang menyimpang dari keutamaan; (5) bertaubat dari dugaan mengenai kebaikan dirinya; (6) bertaubat dari dugaan bahwa dirinya sudah menjadi kekasih Allah; (7) bertaubat dari dugaan bahwa dirinya telah benar-benar bertaubat; (8) bertaubat dari kehendak hati yang tidak diridhai Allah; (9) dan puncaknya adalah bertaubat sewaktu-waktu lupa dari melihat-Nya (mengingat-Nya) walau hanya dalam sekejap.

Berdasarkan tingkatan taubat sebagaimana tersebut, tampaknya kita semua tidak bisa melepaskan diri dari amalan taubat tersebut. Dengan demikian, bertaubat kepada Allah Swt. adalah amalan yang mestinya juga kita lakukan. Sungguh, sama sekali kita tidak mempunyai alasan untuk tidak bertaubat kepada-Nya.

Rasulullah Saw. bersabda, “Setiap anak Adam itu mempunyai kesalahan, dan sebaik-baik orang yang mempunyai kesalahan ialah orang-orang yang banyak bertaubat.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Dalam memohon ampunan dan bertaubat kepada-Nya, hal yang paling penting adalah dilakukan dengan sepenuh hati. Kita juga menyesali perbuatan dosa yang telanjur kita lakukan serta bertekad untuk tidak mengulangnya kembali. Dengan demikian, kita benar-benar bisa mengambil hikmah dari amalan memohon ampunan dan bertaubat ini. Dan, semoga kita mendapat anugerah sebagaimana firman Allah Swt. berikut:

“Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus-menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya….” (QS. Huud [11: 3).

Demikian, semoga renungan ini bermanfaat bagi kita bersama.

Salam dari Jogja,
Akhmad Muhaimin Azzet

6 komentar:

  1. Ternyata bertaubat itu ada tingkatannya ya pak....setiap manusia tak luput dari dosa,.mumpung masih di beri kesempatan,memang jalan terbaik adalah segera mohon ampunan dan bertobat,terimakasih pak..dapet pencerahan🙏

    BalasHapus
    Balasan
    1. Inggih, terima kasih banyak ya, Mbak. Semoga sehat selalu dan terus berkarya.

      Hapus
  2. Baru tahu aku ternyata ada levelnya juga ya untuk tobat kepada Allah SWT. Semoga aku masih diberikan kesempatan bertobat yang benar-benar meninggalkan hal-hal buruk dan menuju ketakwaan yang seharusnya aamiin. TFS :)

    BalasHapus
  3. memang harus bertobat lah yaa

    BalasHapus