08/03/25

Rukun Puasa, Penting Diketahui Agar Puasa Kita Sah

Santri TPA Tahfidz Cinta Qur'an, mendengarkan
dongeng Kang Acep, jelang buka puasa.

Rukun adalah sesuatu yang harus dikerjakan atau dipenuhi dalam suatu ibadah yang berhubungan erat dengan keabsahan dari ibadah yang sedang dikerjakan.

Sedangkan rukun puasa adalah sebagai berikut:

(1) Berniat untuk mengerjakan puasa.
Niat ini harus dilakukan setiap hari atau setiap akan mengerjakan puasa pada malamnya. Hal ini berdasarkan sebuah hadits, bahwa Rasulullah SAW telah bersabda:

“Barangsiapa yang tidak berniat puasa pada malamnya sebelum terbit fajar, maka tiada puasa baginya.” (HR. Lima ahli hadits).

Hal ini berbeda dengan puasa sunnah, boleh berniat untuk mengerjakan puasa setelah matahari terbit, asalkan matahari belum tergelincir dari pusatnya atau memasuki waktu zhuhur. Mengenai perkara ini, berdasarkan sebuah hadis sebagai berikut:

Dari Aisyah r.a., ia berkata, “Pada suatu hari Rasulullah SAW datang (ke rumah saya). Beliau bertanya, ‘Adakah makanan padamu?’ Saya menjawab, ‘Tidak ada apa-apa.’ Beliau lalu berkata, ‘Kalau begitu baiklah, sekarang aku berpuasa.’ Kemudian pada hari yang lain beliau datang pula. Lalu, kami berkata, ‘Ya Rasulullah, kita telah diberi hadiah kue haisun.’ Beliau berkata, ‘Mana kue itu? Sebenarnya aku dari pagi berpuasa.’ Lantas beliau makan kue itu.” (HR Jamaah, kecuali Bukhari)

(2) Menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa dari terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari.

05/03/25

Ini Penting Diketahui Agar Puasa Kita Sah

Santriwati TPA Tahfidz Cinta Qur'an,
Perum Purwomartani Baru, sedang belajar.

Seseorang yang melakukan puasa akan dinilai sah menurut syariat Islam apabila memenuhi beberapa syarat sah sebagai berikut:

(1) Beragama Islam.
Orang yang tiba-tiba keluar dari Islam atau murtad, kalau ia masih mengerjakan puasa, maka puasanya tidak sah.

(2) Mumayiz.
Yakni orang yang dapat membedakan antara yang baik dan yang tidak baik.

(3) Khusus bagi perempuan, ia harus suci dari haid dan nifas.
Maka bagi perempuan yang sedang haid dan nifas, ia tidak sah untuk mengerjakan puasa Ramadhan, akan tetapi wajib melakukan qadha atau mengganti puasa yang ditinggalkannya dengan mengerjakan puasa di luar bulan Ramadhan.

(4) Dalam waktu yang diperbolehkan untuk mengerjakan puasa.
Hukumnya haram untuk mengerjakan puasa pada Hari Raya Idul Fitri (tanggal 1 Syawal), Hari Raya Idul Adha (tanggal 10 Dzulhijjah), dan hari Tasyrik (tanggal 11, 12, 13 Dzulhijjah).

02/03/25

Ternyata Tidak Setiap Orang Islam Wajib Berpuasa Ramadhan

Santri TPA Tahfidz Cinta Qur'an, Perum
Purwomartani Baru, dalam kegiatan Ramadhan.
Tidak setiap orang Islam terkena kewajiban untuk mengerjakan puasa di bulan Ramadhan. Hanya orang-orang yang memenuhi syarat wajib saja yang harus mengerjakannya, yakni sebagai berikut:

(1) Berakal sehat
Orang yang berakal sehat adalah orang yang mempunyai kesadaran atau tidak gila.

(2) Telah memasuki usia baligh
Usia baligh dapat diketahui melalui salah satu tanda sebagai berikut: (1) bermimpi bersetubuh; (2) keluar air mani bagi laki-laki; (3) keluar darah haid bagi perempuan; (4) berusia lima belas tahun.

(3) Kuasa atau mampu untuk mengerjakan puasa
Orang yang tidak mampu untuk mengerjakan puasa, misalnya sakit atau sudah berusia sangat lanjut, maka tidak terkena kewajiban untuk mengerjakan puasa. Orang yang demikian akan terkena kewajiban lain sebagai pengganti puasa, mengenai hal ini insyâ Allâh akan dibahas kemudian.

Demikian, semoga bermanfaat.

26/02/25

Memahami Apa Itu Puasa Ramadhan (Sekilas Pengertian)

Para santri TPA Tahfidz Cinta Qur'an, Perum
Purwomartani Baru, sedang belajar mengaji.

Pada bulan Ramadhan, umat Islam diwajibkan untuk mengerjakan puasa selama sebulan penuh. Hukumnya fardhu ‘ain atas setiap Muslim yang sudah mukallaf atau sudah baligh dan berakal.

Secara bahasa, puasa berasal dari bahasa Arab, “shaumu” yang artinya menahan dari segala sesuatu. Sedang menurut syariat Islam, puasa adalah meninggalkan sesuatu yang membatalkan puasa mulai dari terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari dengan niat dan beberapa syarat tertentu.

Puasa di bulan Ramadhan mulai diwajibkan kepada orang-orang Islam pada tahun kedua Hijriah, yakni tahun kedua setelah Nabi Muhammad Saw. hijrah dari Makkah ke Madinah. Dalil diwajibkannya berpuasa adalah firman Allah Swt. yang artinya sebagai berikut:

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS Al-Baqarah [2]: 183).

Puasa juga termasuk dari rukun Islam yang lima, hal ini berdasarkan sebuah hadits bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:

“Islam itu didirikan atas lima dasar: bersaksi bahwa tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan hanya Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasul Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan, haji ke Baitullah.” (HR Bukhari, Muslim, dan Ahmad).

Semoga kita dapat melaksanakan puasa Ramadhan dengan baik.

Salam dari Jogja,
Akhmad Muhaimin Azzet

25/02/25

Marhaban Ya Ramadhan, Bulan Istimewa dalam Islam

Penulis, Akhmad Muhaimin Azzet, saat
mengisi Mabit Ramadhan di Masjid Baitul Amin.

Ramadhan adalah bulan yang paling istimewa di dalam Islam. Inilah bulan mulia yang di dalamnya Allah Swt. menurunkan rahmat, memberikan ampunan, dan membebaskan dari neraka bagi orang-orang yang berpuasa dengan sungguh-sungguh dan ikhlas karena-Nya. Dalam bulan ini, juga ada malam Lailatul Qadr, yakni satu malam yang lebih baik dari seribu bulan.

Bagi orang-orang yang beriman, kedatangan bulan Ramadhan senantiasa ditunggu. Kedatangan bulan Ramadhan akan disambut dengan hati yang gembira. Sebab, sesuai dengan namanya, yakni Ramadhan yang bermakna membakar, maka dalam bulan ini dosa-dosa akan dibakar (sehingga habis) dengan memperbanyak amal saleh. Inilah salah satu sebab mengapa kaum beriman gembira menyambut Ramadhan; berharap agar di dalam bulan suci ini dosa-dosanya diampuni oleh Allah Swt., di samping menginginkan banyak keutamaan lainnya.

Rasulullah Saw. juga memberikan perhatian khusus ketika menghadapi bulan Ramadhan. Pada risalah ini, marilah kita perhatikan khutbah Rasulullah Saw. ketika menghadapi bulan Ramadhan berdasarkan sebuah hadis, yakni dari Salman r.a., ia berkata bahwa pada akhir bulan Sya’ban, Rasulullah Saw. berkhutbah, sebagai berikut:

“Wahai manusia, telah dekat kepadamu bulan yang agung lagi penuh berkah. Bulan yang di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Bulan yang di dalamnya Allah menjadikan puasa sebagai fardhu dan bangun malam sebagai sunnah. Barangsiapa yang mendekatkan diri di dalamnya dengan beramal sunnah, maka (pahalanya) seperti orang yang beramal fardhu pada bulan lainnya. Dan barangsiapa beramal fardhu di dalamnya, maka pahalanya seperti orang yang beramal tujuh puluh amalan fardhu pada bulan lainnya.

Inilah bulan kesabaran, dan pahala sabar adalah surga. Inilah bulan kasih sayang, bulan saat rezeki seorang Mukmin ditambah. Barangsiapa memberi makanan berbuka kepada orang yang berpuasa, maka itu menjadi ampunan bagi dosa-dosanya, dan mendapatkan pahala yang sama tanpa mengurangi pahala orang (yang berpuasa) itu sedikit pun.

Mereka berkata, “Ya Rasulullah, tidak setiap kami memiliki makanan untuk diberikan kepada orang yang berbuka puasa.” Beliau bersabda, “Allah memberi pahala kepada orang yang memberi makanan untuk berbuka puasa, meskipun dengan sebutir kurma, seteguk air, atau sesisip susu.

Inilah bulan yang awalnya penuh rahmat, tengahnya penuh ampunan, dan akhirnya kebebasan dari api neraka. Barangsiapa meringankan beban bagi hamba-hamba sahayanya pada bulan itu, maka Allah akan mengampuninya dan membebaskannya dari api neraka.

Perbanyaklah empat amalan pada bulan itu. Dua di antaranya menyenangkan Tuhannya, dan dua lainnya kamu pasti memerlukannya. Adapun dua perkara yang dengannya kamu menyenangkan Tuhanmu adalah: bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan kamu mohon ampunan-Nya. Dan dua perkara yang kamu pasti memerlukannya adalah: kamu memohon surga kepada Allah dan kamu berlindung kepada-Nya dari api neraka.

Barangsiapa memberi minum kepada orang yang berpuasa, maka Allah akan memberinya seteguk minum dari telagaku yang ia tidak akan haus hingga ia masuk surga.”
(HR Khuzaimah, Baihaqi, dan Ibnu Hibban)

Demikianlah. Semoga kita bersama keluarga digolongkan oleh Allah Swt. ke dalam golongan orang-orang beriman yang gembira dalam menyambut bulan Ramadhan, bersenang hati dalam mengerjakan kewajiban puasa, bersemangat dalam menghidupkan malam dengan qiyamul lail, dan penuh keikhlasan dalam memperbanyak amal yang saleh.

Salam dari Jogja,
Akhmad Muhaimin Azzet