04/11/25

Menebar Salam

Penulis, Akhmad Muhaimin Azzet, saat kajian
bersama guru-guru SDIT Salsabila Yogyakarta.

Abu Hurairah meriwayatkan sebuah hadits bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Apabila salah seorang di antara kalian bertemu dengan saudaranya, maka hendaklah ia mengucapkan salam kepadanya. Dan seandainya di antara keduanya terpisah oleh pohon, dinding, atau batu, kemudian bertemu kembali maka hendaklah ia mengucapkan salam lagi.” (HR Abu Dawud).

Salam yang dimaksud dalam hadits tersebut adalah ucapan “Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh”. Sungguh, ucapan salam ini berbeda dengan ucapan, misalnya, “Selamat pagi” dalam bahasa Indonesia, “Sugeng enjang” dalam bahasa Jawa, “Good morning” dalam bahasa Inggris, atau “Hayakallah” yang biasa diucapkan oleh orang-orang Arab sebelum datangnya Islam.

Ucapan salam di dalam Islam, yang bermakna “Semoga Allah memberikan keselamatan, rahmah, dan barakah-Nya kepadamu” tidak sekadar ucapan selamat atau sapaan. Lebih dari itu, salam ini adalah doa.

Maka, ketika kita mengucapkan salam kepada saudara sesama Muslim hendaknya dibarengi sebuah kesadaran bahwa ucapan ini adalah doa. Selayaknya doa, maka ucapan salam ini semestinya berangkat dari hati dan ketulusan jiwa.

Dengan demikian, hikmah dari ucapan salam benar-benar dapat kita rasakan. Orang yang mengucapkan salam kepada saudara sesama Muslim berarti dia telah menebarkan kedamaian dan keselamatan, mempererat tali kasih dan sayang, dan menghilangkan rasa benci dan dendam.

Rasulullah ﷺ bersabda, “Salam adalah salah satu asma Allah ﷻ yang telah Allah turunkan ke bumi, maka tebarkanlah salam. Ketika seseorang memberi salam kepada yang lain, derajatnya ditinggikan di hadapan Allah. Jika jamaah suatu majelis tidak menjawab ucapan salamnya maka makhluk yang lebih baik dari merekalah (yakni para malaikat) yang menjawab ucapan salam.” (HR Thabrani).

Betapa mulia orang yang menebar salam karena derajatnya ditinggikan oleh Allah ‘Azza wa Jalla. Betapa penting menebar salam karena ucapan ini tidak hanya diucapkan ketika bertemu dengan sesama Muslim, tetapi perlu juga diucapkan ketika akan memasuki rumah.

Allah ﷻ berfirman, “…Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah dari) rumah-rumah (ini) hendaklah kamu memberi salam kepada (penghuninya yang berarti memberi salam) kepada dirimu sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkat lagi baik….” (QS. an-Nuur: 61).

Oleh karena itu, marilah kita suka menebar salam. Sebuah ucapan salam yang tidak sekadar sebagai sapaan, ucapan selamat, apalagi pemanis bibir belaka. Tapi, ucapan salam yang benar-benar berangkat dari hati dan ketulusan karena salam adalah doa.

Salam dari Jogja,
Akhmad Muhaimin Azzet

01/11/25

Bertaubat, Lantas Memperbanyak Amal Shalih

Penulis, Akhmad Muhaimin Azzet

Penting untuk ditandaskan di sini, bahwa setelah memohon ampunan dan bertaubat, hal yang mesti dilakukan adalah segera memperbanyak amal shalih. Sebab, tidak sedikit orang yang telah memohon ampunan dan bertaubat tidak segera memperbanyak amal shalih. Mengapa bisa demikian?

Hal ini barangkali ia telah merasa aman dari azab Allah karena telah bertaubat dan tidak melakukan dosa besar lagi. Orang yang semacam ini perlu memahami bahwa bertaubat tidak hanya dari dosa besar saja sebagaimana yang telah kita bahas di muka. Maka, setelah bertaubat segera berbuat banyak kebaikan adalah keharusan bila seseorang ingin hidupnya lebih mulia dan semakin berbahagia.

Allah Swt. berfirman, “Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.” (QS. Hud: 114).

Sebab dari turunnya ayat atau asbabun nuzul ayat tersebut disebutkan dalam sebuah hadits Nabi SAW yang ada dalam Shahih Muslim sebagai berikut:

Bahwa seorang lelaki telah mencium seorang perempuan, lalu orang itu datang menemui Nabi Saw. untuk menceritakan hal itu kepada beliau. Maka turunlah ayat, “Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.” Lelaki itu bertanya, “Apakah ayat ini untukku, wahai Rasulullah?” Rasulullah Saw. bersabda, “Untuk siapa saja di antara umatku yang melakukan hal itu.”

Dengan demikian, jika seseorang telah memohon ampunan dan bertaubat kepada Allah Swt., lantas bersegera menebus kesalahan di masa lalu dengan memperbanyak amal shalih, maka hidupnya akan semakin dekat dengan rahmat Allah ‘Azza wa Jalla. Hal ini adalah upaya positif yang bisa dilakukan oleh seseorang untuk menyongsong kehidupan di masa depan yang lebih membahagiakan.

Akhirnya, semoga kita mampu untuk selalu memohon ampun dan bertaubat kepada-Nya, serta memperbanyak amal shalih. Semoga kehidupan kita di masa depan, bersama anak dan istri, serta saudara-saudara tercinta, baik di dunia maupun di akhirat, akan lebih baik lagi dan semakin berbahagia. Allahumma aamiin.

Salam dari Jogja,
Akhmad Muhaimin Azzet

29/10/25

Jadwal Khutbah Jum’at 2026

Akhmad Muhaimin Azzet

JANUARI
2 Januari / Wage : Masjid Ar-Rahman, Nanggulan
9 Januari / Legi : Masjid Kampus Amikom
16 Januari / Pon : Masjid Darul Ikrom, Sambilegi
23 Januari / Kliwon : Masjid Al-Wahhab, Mrican
30 Januari / Pahing : Masjid Al-Ma’unah, Saren.

FEBRUARI
6 Februari / Wage : Masjid Ar-Rahman, Nanggulan
13 Februari / Legi : Masjid Kampus Amikom
20 Februari / Pon : Masjid Al-Ikhlas, Kembang
27 Februari / Kliwon : Masjid Al-Mujahidin, Japlaksari.

MARET
6 Maret / Pahing : Masjid Al-Muhtadin, Perum Purwomartani
13 Februari /Wage : Masjid Ar-Rahman, Nanggulan
20 Februari / Legi : Insya Allah mudik Idul Fitri
27 Februari / Pon : Masjid Baabussalaam, Perum Polda.

APRIL
3 April / Kliwon : Masjid Al-Amin, Kadisoka
10 April / Pahing : Masjid Al-Furqon, Nanggulan
17 April / Wage : Masjid Ar-Rahman, Nanggulan
24 April / Legi     : Masjid Kampus Amikom.

MEI
1 Mei / Pon : Masjid Al-Muhtadin, Perum Purwomartani
8 Mei / Kliwon : Masjid Al-Ma’arif, Dukuhsari
15 Mei / Pahing : Masjid Al-Ikhlas, Kembang
22 Mei / Wage : Masjid Ar-Rahman, Nanggulan
29 Mei / Legi : Masjid Kampus Amikom.

JUNI
5 Juni / Pon : Masjid Al-Amin, Kadisoka
12 Juni / Kliwon : Masjid Al-Ma’unah, Saren
19 Juni / Pahing : Masjid Baabussalaam, Perum Polda
26 Juni / Wage : Masjid Ar-Rahman, Nanggulan.

JULI
3 Juli / Legi : Masjid Kampus Amikom
10 Juli / Pon : Masjid Darul Ikrom, Sambilegi
17 Juli / Kliwon : Masjid Al-Wahhab, Mrican
24 Juli / Pahing : Masjid Al-Furqon, Nanggulan
31 Juli / Wage    : Masjid Ar-Rahman, Nanggulan.

AGUSTUS
7 Agustus / Legi : Masjid Kampus Amikom
14 Agustus / Pon : Masjid Al-Ikhlas, Kembang
21 Agustus / Kliwon : Masjid Al-Mujahidin, Japlaksari
28 Agustus / Pahing : Masjid Al-Muhtadin, Perum Purwomartani.

SEPTEMBER
4 September / Wage : Masjid Ar-Rahman, Nanggulan
11 September / Legi : Masjid Al-Ma’arif, Dukuhsari
18 September / Pon : Masjid Baabussalaam, Perum Polda
25 September / Kliwon : Masjid Nurul Falah, Bedreg.

OKTOBER
2 Oktober / Pahing : Masjid Al-Amin, Kadisoka
9 Oktober / Wage : Masjid Ar-Rahman, Nanggulan
16 Oktober / Legi : Masjid Kampus Amikom
23 Oktober / Pon : Masjid Al-Ma’unah, Saren
30 Oktober / Kliwon : Masjid Baitul Amin, Mundu.

NOVEMBER
6 November / Pahing : Masjid Nurul Falah, Bedreg
13 November / Wage : Masjid Ar-Rahman, Nanggulan
20 November / Legi : Masjid Kampus Amikom
27 November / Pon : Masjid Al-Furqon, Nanggulan.

DESEMBER
4 Desember / Kliwon : Masjid Al-Mujahidin, Japlaksari
11 Desember / Pahing : Masjid Al-Wahhab, Mrican
18 Desember / Wage : Masjid Ar-Rahman, Nanggulan
25 Desember / Legi : Masjid Al-Ikhlas, Kembang.

27/10/25

Bertaubat: Menyongsong Masa Depan yang Lebih Membahagiakan

Penulis, Akhmad Muhaimin Azzet, bersama
jamaah Masjid Ar-Rahman.

Hal yang paling mendasar dari ajaran untuk memohon ampunan dan bertaubat kepada Allah adalah membersihkan seseorang dari dosa yang telah diperbuatnya. Dengan demikian, ia akan dekat dengan rahmat Allah. Ini yang paling penting, sekali lagi, dekat dengan rahmat Allah SWT.

Seseorang yang kehidupannya dekat dengan rahmat Allah SWT, sudah barang tentu kebahagiaan akan mengiringinya. Bila menghadapi kesulitan hidup, misalnya, dia akan mampu menghadapinya dengan baik dan akan semakin meningkatkan ketakwaannya. Atau, dengan rahmat Allah SWT ia terhindarkan dari kesulitan hidup itu. Sungguh, bersama rahmat Allah SWT menjalani hidup terasa lebih mudah dan membahagiakan.

Maka, hal yang mesti segera dilakukan oleh seseorang yang telah memohon ampunan kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya adalah memperbanyak amal shalih. Hal ini dilakukan untuk menebus kesalahan-kesalahan di masa lalu yang sudah telanjur dilakukan. Mengerjakan amal shalih setelah bertaubat juga sebagai bukti bahwa seseorang telah bertaubat dengan sebenar-benarnya.

Allah Swt. berfirman, “Dan orang-orang yang bertaubat dan mengerjakan amal shalih, maka sesungguhnya dia bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya.” (QS. al-Furqaan: 71).

Menebus kesalahan di masa lalu dengan banyak melakukan kebaikan juga bisa menghapus perbuatan buruk yang sudah telanjur dilakukan tersebut. Berkaitan dengan hal ini, ada sebuah hadits Nabi SAW yang patut kita perhatikan, yakni dari Abu Dzar Jundub bin Junadah dan Abu Abdirrahman Mu’adz bin Jabal RA, bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda:

“Bertakwalah kamu kepada Allah di mana pun kamu berada, iringilah kesalahanmu dengan kebaikan niscaya ia dapat menghapuskannya dan pergaulilah semua manusia dengan budi pekerti yang baik.” (HR. Tirmidzi).

Jika seseorang bertaubat kepada Allah Ta’ala dengan sebenar-benarnya, maka bersegera melakukan banyak kebaikan setelah bertaubat biasanya bukan hal yang memberatkan. Malah, dilakukannya dengan senang hati. Sebab, taubat yang sungguh-sungguh akan membawa dampak semangat untuk menghapus kesalahan di masa lalu. Itulah mengapa kita sering menyaksikan orang-orang yang di masa lalu pernah melakukan dosa besar, setelah bertaubat tampak lebih bersemangat dalam beribadah atau beramal shalih.

Semestinya, orang-orang yang “merasa” di masa lalunya tidak pernah berbuat dosa besar belajar semangat kepada orang-orang yang telah bertaubat. Bukan belajar berbuat dosa besar dahulu kemudian bertaubat agar mempunyai semangat untuk lebih banyak beramal shalih, tetapi belajar bersemangat di dalam mendekatkan diri kepada Allah dengan banyak beramal shalih. Semestinya, muncul kesadaran di dalam hati kita bahwa seseorang yang telah berbuat dosa besar saja bisa dekat kepada Allah maka kita pun harus bisa demikian. Sehingga, kehidupan kita akan semakin bahagia, tidak hanya di dunia, tetapi juga di akhirat. Allahumma aamiin.

Salam dari Jogja,
Akhmad Muhaimin Azzet

09/10/25

Kaitan Antara Rezeki dan Bertaubat

Penulis, Akhmad Muhaimin Azzet

Agar rezeki semakin bertambah dan barakah, hendaknya seseorang menempuh jalan taubat kepada Allah SWT. Ini adalah solusi yang sering dianggap aneh oleh sebagian orang. Mereka beranggapan bahwa sama sekali tidak ada kaitan antara bertambahnya rezeki dengan bertaubat. Baiklah, dalam risalah sederhana ini, saya ingin mengajak pembaca untuk memahami bahwa ada kaitan erat antara bertambahnya rezeki dengan taubat. Apalagi, bagi seorang muslim, yang diharapkannya bukan hanya bertambahnya rezeki semata, tetapi juga ada nilai barakah dari Allah SWT.

Dalam hal ini, marilah kita perhatikan hadits Nabi SAW berikut, “Tiada sesuatu yang dapat menolak takdir kecuali doa, dan tiada yang dapat menambah umur kecuali amal kebajikan. Sesungguhnya seorang diharamkan rezeki baginya disebabkan dosa yang diperbuatnya.” (HR. Tirmidzi dan Hakim).

Berdasarkan sabda Rasulullah SAW tersebut, kita menjadi tahu bahwa perbuatan dosa yang dilakukan oleh seseorang bisa menyebabkan rezeki haram baginya. Hadits ini bila dipahami secara apa adanya, kita bisa menjadi bertanya, bukankah di dalam kehidupan dunia ini banyak sekali orang yang masih saja melakukan perbuatan dosa, tetapi rezekinya juga melimpah, bahkan semakin hari semakin saja bertambah kaya.

Saudaraku tercinta, dalam hal ini, kita dapat memahami bahwa rezeki yang dimaksud adalah rezeki yang diridhai-Nya, atau rezeki yang mengandung barakah. Sebab, bisa saja dengan cara menipu seseorang bisa mendapatkan keuntungan materi. Bisa saja seseorang korupsi lantas dia menjadi kaya; rumahnya bagus, mobilnya mewah, dan sebagainya. Tetapi, apakah rezeki yang diperoleh dengan tidak halal itu adalah rezeki yang diridhai-Nya, atau rezeki yang barakah? Tentu saja tidak.

Rasulullah SAW bersabda, “Apabila kamu menyaksikan pemberian Allah dari materi dunia atas perbuatan dosa menurut kehendak-Nya, maka sesungguhnya itu adalah uluran waktu dan penangguhan tempo belaka.” Kemudian Rasulullah SAW membaca firman Allah SWT dalam surat al-An’aam ayat 44: “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu kesenangan untuk mereka, sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (HR. Ahmad dan Thabrani).

Sudah barang tentu, kita semua berharap agar rezeki yang kita terima adalah rezeki yang barakah. Untuk apa rezeki kita semakin melimpah, tapi kita jauh dari kebahagiaan yang sesungguhnya, yakni bahagia karena kita mendapat ridha-Nya. Bukankah rezeki yang kita peroleh di dunia, kita juga berharap agar bisa menjadi sarana untuk menggapai kebahagiaan di akhirat. Maka, jalan taubat adalah jalan yang mesti kita tempuh. Memohon ampun kepada Allah SWT adalah jalan yang harus kita lalui agar kita mendapatkan rahmat dari Allah ‘Azza wa Jalla.

Salam dari Jogja,
Akhmad Muhaimin Azzet